Bencana Alam 2021; Pentingnya Literasi Kebencanaan Sejak Dini

Iklan Semua Halaman

Banner Iklan Sariksa

.

Bencana Alam 2021; Pentingnya Literasi Kebencanaan Sejak Dini

Tinta Ku
Selasa, 06 April 2021

HMIZONE.ID - Bencana alam merupakan salah satu fenomena alam yang mengancam keberlangsungan hidup manusia. Dampak negatif yang ditimbulkan bisa berupa kerugian materi maupun non materi. Bencana tersebut bisa dicontohkan seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi. Ada pula bencana non alam seperti kebakaran, gagal teknologi, gagal modernisasi, konflik antar kelompok dan golongan. Bencana merupakan sebuah fenomena kehidupan manusia yang tidak dapat diketahui secara pasti kepan terjadinya. Manusia hanya bisa menjelaskan geja awalnya, sehingga kejadian dari bencana itu hanya dalam prediksi manusia. meskipun demikian dengan kemampuan mengenali gejala-gejala awal dari sebuah bencana, sehingga manusia dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi bencana, dan pasca terjadinya bencana artinya kapanpun yang dilakukan oleh manusia dapat dilakukan ketika dapat mengenai gejala awal, tingkat risikonya dan lain sebagainya. 

Sebuah lembaga pemerintah non kementerian BNPB mengatakan, bahwa banyak hal yang terjadi diawal tahun 2021 ini salah satunya banjir bandang. Bencana banjir sering dikaitakan karena curah hujan yang tunggi serta luapan air sungai yang tidak mampu menampung air hujan yang berlebihan. Hal ini diperparah dengan sampah-sampah yang dibuang secara sembarangan oleh masyarakat, karena tinggal mereka berdekatan dengan daerah aliran sosial (DAS). Selain banjir bandang, longsor juga menjadi bencana yang sering terjadi di Indonesia ini. 

Maka itu BNPB mengkaji bagaimana kerugian yang dialami oleh masyarakat seperti kehilangan rumah akibat runtuhan longsor, banyaknya korban jiwa yang berserakan akibat banjir bandang yang kian hari tak kunjung surut. Selain itu, belum lagi wabah Covid-19 yang masih menggerogoti tanah air ini, alhasil semua fasilitas rumah sakit jadi banyak yang tidak dapat membantu korban terdampak bencana akibat Covid-19 tersebut. akibat yang paling dirasakan oleh masyarakat mengenai bencana ini adalah kurangnya pemasukan masyarakat dan banyaknya fasilitas pendidikan yang rusak bahkan tidak dapat untuk digunakan lagi. Sekarang banyaknya pengungsi yang berdatangan, pemerintah juga kwalahan dalam menangani masalah tersebut. Total kerugian yang diteliti oleh BNPB sangat banyak jumlahnya, belum lagi rumah-rumah warga yang rusak akibat bencana tersebut.

BNPB mencatat sebanyak 873 bencana alam terhadi di tanah air periode Januari hingga 21 Maret 2021. Kejadian bencana alam yang mendominasi yakni banjir, diikuti dengan puting beliung dan tanah longsor. Secara rinci pada periode itu ada sebanyak 16 kejadian gempa bumi, 80 kejadian kebakaran hutan dan lahan, 369 kejadian banjir, 175 kejadian tanah longsor, 220 peristiwa puting beliung dan 12 kejadian gelombang pasang dan abrasi. Berbagai bencana alam ini menyebabkan sebanyak 4.138.853 orang terdampak dan mengungsi, sedangkan 277 jiwa meninggal dunia dan 12 hilang, serta 12.421 jiwa luka-luka. Sementara itu, bencana alam mengakibatkan 54.430 unit rumah rusak berat, 5.907 unit rumah rusak sedang, dan 43.539 unit rumah rusak ringan. Selain itu, sebanyak 1.709 fasilitas umum rusak, yang meliputi 860 fasilitas pendidikan, 663 fasilitas peribatan dan 186 fasilitas kesehatan. Kemudian, sebanyak 290 fasilitas kantor dan 106 jembatan mengalami kerusakan. Kerusakan ini disebabkan karena bencana yang terjadi dan masyarakat juga tidak siaga dalam mengatasi bencana tersebut.

Sebelumnya, kepala BNPB, Doni Munardo mengatakan bahwa pelaksanaan literasi kebencanaan harus dilakukan sejak dini guna mengingatkan kesiapsiagaan. Literasi kebencanaan harus dilakukan sejak Sekolah Dasar, sebab semakin dini akan semakin baik dalam penanganan kebencanaan. BNPB juga mengatakan dengan adanya literasi sejak dini dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat akan pentingnya mitigasi bencana. Sosialisasi setiap saat akan terus dilakukan untuk mengingatkan kepada masyarakat, sebab bencana dapat kapan saja terjadi.


Penulis: SUCI TIANDA PUTRI (Peserta LK I HMI Komisariat Tarbiyah UIN Imam Bonjol Cabang Padang)